Minggu, 10 April 2011

Etika Berdoa

Untuk mempermudah suatu hal diperlukan alat dan teknik tertentu. Jika Anda adalah seorang pembuat kue, Anda harus mengetahui teknik-teknik pembuatan kue karena hal ini akan membantu Anda menyelesaikan pekerjaan membuat kue dengan cepat dan tentunya dengan kualitas yang diperhitungkan. Begitu pula dengan doa. Dalam berdoa kita perlu tahu kaifiyat atau teknik-teknik berdoa agar doa yang dipanjatkan menjadi doa yang maqbul alias diterima dan diijabah Allah swt.. 

Baik, langsung saja kita bahas bagaimana teknik-tekik berdoa yang benar.


1. Berdoa harus dengan perasaan takut dan penuh harap
وَ ادْعُو اللهَ خَوْفًا وَ طَمَعًا إِنَّ رَحْمَتَ اللهِ قَرِيْبٌ مِنَ الْمُحْسِنِيْنَ
Wad’ullõha khoufan wa thoma’an, inna rohmatallõhi qorībun minal muhsinīna

“Dan berdoalah kepada Allah dengan khauf (perasaan takut) dan thama’ (penuh harap). Sesungguhnya rahmat Allah itu dekat sekali dari orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Q.S. al-A’raf[7]: 56).

2. Mengetahui isi doa yang diucapan
يَآيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لاَ تَقْرَبُوْا الصَّلوةَ وَأَنْتُمْ سُكرَى حَتَّى تَعْلَمُوْا مَا تَقُوْلُوْنَ
Yā ayyuhalladzīna āmanū lā taqrobush-sholāta wa antum sukārõ hattā ta’lamū mā taqūlūna

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan”. (Q.S. an-Nisa [4]: 43).

3. Berdoa tidak boleh dengan suara yang keras

يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِرْبَعُوْا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لاَتَدْعُوْنَ أَصَمَّ وَلاَغَائِبًا إِنَّهُ مَعَكُمْ إِنَّهُ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ تَبَارَكَ إِسْمُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ 

Yā ayyuhannāsu irba’ū ‘alā anfusikum fainnakum lā tad’ūna ashomma wa lā ghõiban, innahu ma’akum, innahu samī’un qorībun tabārokas-muhū wa ta’ālā jadduhū

“Wahai manusia! kasihanilah dirimu, sesungguhnya kamu tidak berdoa kepada yang tuli dan tidak pula kepada yang gaib. Sesungguhnya Dia bersamamu, Dia Maha Mendengar dan Maha Dekat. Maha Suci Nama-Nya dan Maha Tinggi Keagungan-Nya”  (H.R. Bukhari-Muslim)

وَاذْكُرْ رَّبَّكَ فِى نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَّخِيْفَةً وَدُوْنَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَ الأَصَالِ وَ لاَ تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِيْنَ
Wadzkur-robbaka fiy nafsika tadhorru’an wa khīfatan wa dūnal jahri minal-qowli bil-ghuduwwi wal-ashõli wa lā takun minal-ghofilīna

“Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang lalai.” (Q.S. al-A’raf [7]: 205).


4. Yakin bahwa doa akan diijabah

اُدْعُوْااللهَ وَاَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ لاَ يَسْتَجِيْبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ لاَهٍ  

Ud’ullāha wa antum mūqinūna bil ijābati wa’lamū annallāha lā yastajību du’ā`an min qalbin lāhin

”Berdoalah kamu dengan penuh yakin akan diijabahnya doa. Ketahuilah sesungguhnya Alloh tidak akan mengabulkan doa orang yang hatinya lalai”  (H.R. Tirmidzi dari Abu Hurairah)

5. Berdoa harus disertai dengan ikhtiar (amal saleh)

إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ

Ilaihi yash’adul-kalimuth-thayyibu wal ‘amalush-shālihu yarfa’uhu

”Kepada-Nya perkataan yang baik akan naik, dan amal saleh yang akan mengangkatnnya”  (Q.S. Fathir : 10)

6. Berdoa tidak boleh di waktu susah saja
وَإِذَا  مَسَّ الإِنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَآئِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرُّهُ مَرَّ كَأَنْ لَّمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَّسَّهُ كَذَالِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِيْنَ مَاكَانُوْا يَعْمَلُوْنَ
Wa idza missal-insānadh-dhurru da’āna lijanbihi aw qā’idan aw qāiman, falammā kasyafnā ‘anhu dhurruhu marro ka an lam yad’unā ilā dhurrin massahū kadzālika zuyyina lil musrifīna mā kānū ya’malūna

“Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” (Q.S. Yunus [10]: 12).

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيْبَ اللهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدَ وَ الْكُرَبِ فَلْيُكْثِرِ الدُّعَاءَ فِى الرَّخَآءِ
Man sarrohū an yastajīballõhu lahū ‘indasy-syadā`ida wal kurobi falyuktsirid-du’ā`a fir-rokhõ`i

“Barangsiapa ingin Allah mengijabah doanya ketika dalam keadaan tertekan dan kesulitan maka perbanyaklah doa pada saat senang”. (H.R. Tirmidzi).

7. Tidak boleh putus asa dalam berdoa
يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يُعَجِّلْ يَقُوْلُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَابُ لِيْ
Yustajābu li ahadikum mā lam yu’ajjil yaqūlu da’awtu falam yustajābu liy

“Akan diijabah (doa) untuk seseorang di anatara kalian selama tidak tergesa-gesa sembari berkata ‘Aku telah berdoa tapi doaku belum juga diijabah’.” (H.R. Tirmidzi)

8. Kongkrit dalam berdoa
إِذَا دَعَا أَحَدُكُمْ فَلاَ يَقُلْ: "أَللهُمَّ اغْفِرْ لِيْ إِنْ شِئْتَ، أَللهُمَّ ارْحَمْنِيْ إِنْ شِئْتَ" لَيَعْزِمَ فِى الدُّعَآءِ فَإِنَّ اللهَ صَانِعٌ مَا شَآءَ لاَ مُكْرِهَ لَهُ
Idzā da’ā ahadukum falā yaqul: “allõhummaghfir liy in syi`ta, allõhummarhamniy in syi`ta” laya’zima fid-du’ā`i fa`innallõha shõni’un mā syā`a lā mukriha lahū

“Jika seseorang di antara kalian berdoa, janganlah mengatakan ‘Ya Allah, Ampunilah aku jika Engkau mau. Ya Allah, rahmatilah aku jika Engkau mau’, tetapi hendaklah ia mengkongkritkan permintaannya itu karena sesu7ngguhnya Allah berbuat sesuka-Nya , tidak ada orang yang bisa memaksa-Nya”. (H.R. Muslim).

9. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal
... ثُمَّ ذَكرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ اشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ اِلَى السَّمَآءِ يَارَبِّ – يَارَبِّ  وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُدِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لَهُ
…tsumma dzakaror-rojulu yuthīlus-sfaro, isy’atsa aghbaro yamuddu yadaihi ilas-samā`i “ya robbi – yarobbi” wa math’amuhu harõmun wa masyrobuhū harõmun wa malbasuhu harõmun wa ghudiya bil harõmi fa annā yustajābu lahū

"… Kemudian Beliau menceritakan seorang laki-laki yang telah jauh eprjalanannya, berambut kusut penuh dengan debu. Dia menadahkan kedua tangannya ke langit dan berkati 'Wahai Tuhan' – 'Wahai Tuhan' sedangkan makanannya haram, pakaiannya haram, dan diberi makan dengan barang yang haram, maka bagaimana ia akan diterima permintaannya? (H.R. Imam Muslim)


Salam perjuangan, Yusuf Awaludin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar