Oleh: Yusuf Awaludin
Apa yang tergambar dalam benak sahabat ketika membaca judul tersebut? Memangnya bisa kita bersahabat dengan al-Quran? Terus bagaimana bentuk persahabatan dengan al-Quran? Persahabatan kan hubungan resiprokal alias timbal balik? Memang dengan al-Quran kita bisa bersahabat? Mungkin itu di antara pertanyaan yang muncul.
Baik lah kawan, mari kita selami maksud dari judul di muka. Tapi, bersabarlah untuk menelusuri kata demi kata sehingga Anda akan memahami makna yang terkandung dari “lautan” ilmu dalam postingan ini.
Baik lah kawan, mari kita selami maksud dari judul di muka. Tapi, bersabarlah untuk menelusuri kata demi kata sehingga Anda akan memahami makna yang terkandung dari “lautan” ilmu dalam postingan ini.
Kita mulai...
Definisi Al-Quran
1. Etimologi
Ta’rif (makna) al-Quran secara bahasa diambil dari kataقَرَأَ – يَقْرَأُ – قِرَءَةً (qoro`a - yaqro`u - qiro`atan) yang arti asalnya adalah “mengumpulkan” atau “menghimpun”. Diterjemahkan dengan “bacaan” karena bacaan itu merupakan kumpulan dari berbagai paragraf. Paragraf merupakan kumpulan dari berbagai kalimat. Kalimat pun merupakan kumpulan dari berbagai kata. Dan, kata juga merupakan kumpulan dari beberapa huruf.
Jadi, definisi asal al-Quran adalah “kumpulan”. Kumpulan huruf membentuk kata, kumpulan kata membentuk kalimat, kumpulan kalimat membentuk ayat, kumpulan ayat membentuk surat, dan kumpulan surat membentuk Al-Quran.
2. Terminologi
Adapun secara istilah, Al-Quran adalah:
كَلاَمُ اللهِ الْمُعْجِزُ الْمُنَزَّلُ عَلَى قَلْبِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَنْقُوْلُ بِالتَّوَاتِرِ الْمُتَعَبَّدُ بِتِلاَوَتِه
Kalāmullōhil-mu’jizul-munazzalu ‘alā qolbi Muhammadin saw. al-maqūlu bit-tawātiri, al-muta’abbadu bitilāwatihī
“Kalam (firman) Allah yang menjadi mukjizat, diturunkan kepada hati Muhammad saw., disampaikan secara mutawatir (gradual: berangsur-angsur), dan membacanya menjadi ibadah”.
“Kalam (firman) Allah yang menjadi mukjizat, diturunkan kepada hati Muhammad saw., disampaikan secara mutawatir (gradual: berangsur-angsur), dan membacanya menjadi ibadah”.
Bersahabat dengan Al-Quran
Sebenarnya pembuatan judul ini terinspirasi oleh hadits Rasulullah saw. bahwa al-Quran akan menjadi wasilah (perantara) syafa’at bagi siapa saja yang bersahabat dengannya. Tentunya, yang namanya sahabat pasti akan sangat dekat dengan diri kita. Ia selalu menolong kita ketika kita membutuhkan bantuan. Ia akan setia dan berbagi dengan kita. Nasehat-nasehatnya akan selalu meluncur dari hatinya yang ikhlas. Bukan untuk menggurui, melainkan sebagai bentuk tanggungjawab dalam kebersamaan demi menciptakan kesalehan kolektif.
Baik sahabat, mari kita bahas tentang manifestasi bersahabat dengan Al-Quran? Semoga bermanfaat dan bila ada masukan atau saran, tolong tinggalkan komentarnya, ya...
Untuk mempermudah dan memperkuat ingatan, dalam pembahasan ini kita gunakan rumus 4M1K (emat M satu K): Mempelajari, Membaca, Mengamalkan, Mendakwahkan dan Konsisten.
1. Mempelajari (Ta’allum)
Mempelajari dalam bahasa Arab diistilahkan dengan ta’allum yang berasal dari kata عَلِمَ (‘alima) yang berarti mengetahui. Kemudian masuk ke dalam wazan تَفَعَّلَ – يَتَفَعَّلُ – تَفَعُّلاً menjadi تَعَلَّمَ – يَتَعَلَّمُ – تَعَلُّمًا artinya berupaya agar menjadi tahu. Secara lugas diartikan dengan belajar.
Nah, ta’llum al-Quran atau mempelajari al-Quran adalah cara pertama bersahabat dengan al-Quran. Dengan ta’allum, insya Allah kita akan mengenali apa itu al-Quran? Apa nama-nama lain al-Quran? Apa saja yang dibahas dalam al-Quran? Ta’allum merupakan pintu ta’aruf dengan al-Quran. Tak kenal? Ta’aruf dong, he...
Berdasarkan informasi dari Rasulullah bahwa orang yang mempelajari al-Quran adalah salah satu ciri orang terbaik. Berikut redaksi asli haditsnya:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
Khoyrukum man ta’allamal-Qur`āna wa ‘allamahu
“Sebaik-bainya di antara kalian adalah yang mempelajari al-Quran dan mengajarkannya.” (H.R. Bukhari, Thayalisi, Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasaiy, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban).
Logis jika para pembelajar al-Quran dianugerahi sebutan orang terbaik. Pasalnya, al-Quran adalah pedoman hidup (selain hadits) yang jika kita berpegang teguh terhadapnya kita tidak tersesat selamanya. Jika sahabat membeli sebuah televisi, sahabat akan mendapatkan buku panduan tentang televisi tersebut. Ini adalah upaya pabrik agar pembeli tidak “tersesat” ketika hendak memanfaatkannya. Begitulah ilustrasi kehidupan. Allah menyediakan panduan juklak dan juknis bagaimana cara hidup yang benar sehingga kita tidak akan tersesat saat melangkah yang pada ujungnya kita akan sampai di tujuan hidup yaitu kebahagiaan hakiki, berada di dalam surga yang kekal nan abadi.
bersambung...
na'am kang, ditunggu lah materi selanjutnya..
BalasHapusbarokallohu fiikum, semoga ilmu2nya bermanfaat..
BalasHapusMana kelanjutannya bro
BalasHapusMjgjhmgtgmhmgtj
BalasHapus